Project Risk Management (PRM) adalah satu dari sembilan ranah ilmu pengetahuan (Body of Knowledge) yang dicantumkan di Project Management Body of Knowledge (PMBOK).Teori, konsep dan aplikasi dari PRM telah berevolusi sesuai dengan jamannya. Yg pasti, jika kita menengok paper review, evolusi pemikiran terlihat dari pemikiran hard-paradigm [project dilihat seperti mesin] menuju soft-paradigm [project dilihat seperti organisme hidup].
Jadi apa sih sebenarnya project risk management? Nyok kita liat nyok …
Lho Pak Boed, itu gambar di bawah itu apa hubungannya ya? Apa gak Jaka Sembung Bawa Blackberry – kagak nyambung lagiiii ?
Tenang aja lagi. Kita emang mau bahas sesuatu yg penting, tapi biar asyik kita pakai analogi aja ya. Jadinya gambar di bawah ini jadi sangat relevan gitu
O gitu to, ic ic
Ceritanya kita mau cerita ttg Project Risk Management (disingkat PRM) tapi pake analogi.
Bayangkan anda pada suatu Ahad pagi berniat jogging – itung-itung buat olah raga nih. Anda sebenarnya udah cukup sering jogging, tapi ini kali anda penginnya jogging lewat rute yg baru.
Snearkers – checked, dompet – checked, mp3 player -checked, susu satu gelas -checked. Anda dah siap untuk blogging jogging. Planning dah dibuat, bakalan lewat sini, sini, trus situ, puter balik lewat sono. Bawa uang agak lebihan kali-kali nanti harus naik angkot – rute baru coi – who knows.
Kali ini rute anda lewat perumahan elite ‘kompleks kaliurang bla .. bla “. Secara ini baru pertama kali, anda joggingnya agak nyante aja … tiba-tiba pas lewat sebuah rumah gedongan, jreng … anda liat yg di gambar itu [kedua dari atas]. Dua ratus meter di depan anda, sedang duduk manis seekor makhluk yg anda takuti [oke-oke, mungkin kalo makhkluk nya seperti yg di gambar di atas kagak terlalu takut ya, bayangkan aja yg jenis herder gede-garang].
Berhubung ini rute baru anda, baru nyadar bahwa rute ini ada resiko nya. Dan resikonya ternyata tidak anda bayangkan sebelumnya. Anda sebelum berangkat sebenarnya udah lumayan melakukan perencanaan, ini itu disiapkan, uang dilebihin bawanya untuk jaga-jaga; tapi resiko bertemu anjing serem betul-betul di luar perkiraan anda.
So, what’s next?
Untungnya anda sudah pernah mengambil kuliah Manajemen Proyek – salah satu bahasannya adalah manajemen resiko. Anda segera melakukan kalkulasi:
Fakta: ada anjing di depan anda yg belum anda kenal
Kalkulasi:
A. Berapa ya kira-kira kemungkinan anjing itu menggigit kalo saya lewat? [0%, 10%, 50%, 100% ??]
B. Apa ya kira-kira konsekuensinya kalo bener-bener digigit? [kayak digigit nyamuk, luka, tewas, gila ?~ gila kan lebih parah dari tewas yak?]
Nah dari situ muncul kombinasi dari (A) x (B); kemungkinan 10% – konsekuensi tewas?; kemungkinan 50% – konsekuensi luka ? dll.
Segera anda inget bahwa dalam menghadapi resiko anda punya beberapa pilihan:
a. Kabur aja deh, lewat jalur lain – (risk avoidance);
alternatif ini akan anda pilih jika anda anggap resikonya terlalu tinggi; muter aja muter.
Di proyek, risk avoidance biasa dilakukan misalnya untuk resiko yg terkait jiwa manusia atau kemungkinan terjadinya kecelakaan hebat (catastrophic). Manajer proyek tidak akan ambil resiko yg seperti ini.
b. Pake helm, jaket plus celana tebel – trus lewat deh – (risk mitigation)
Asumsikan aja anda entah gmana caranya tiba-tiba dapet barang-barang itu š
Anyway, point-nya adalah anda tidak menghindari resiko tapi mengurangi tingkat resikonya JIKA resiko itu terjadi. Mitigasi bisa dilakukan dengan mengurangi bagian A (kemungkinan) atau bagian B (konsekuensi) atau dua-duanya. Pake helm atau jaket tebel di kasus ini akan mengurangi konsekuensi [tingkat kemungkinan digigit tidak akan turun dengan pake jaket tapi konsekuensinya bisa dikurangi].
c. Suruh tukang bubur yg di belakang anda buat lewat duluan, kasih noceng. Jadi kalo anjingnya gigit, ya yg digigit tukang buburnya – (risk transferrence). Di konteks jogging ini kayaknya kok gak manusiawi ya. Tapi di konteks manajemen proyek, mentransfer risk adalah suatu hal yg biasa. Salah satu caranya adalah dengan membeli asuransi: dengan membayar uang jumlah tertentu proyek kita akan dicover untuk resiko-resiko tertentu.
d. Pasrah aja deh – lanjuut – (risk acceptance).
Alternatif ini biasa diambil jika tingkat resiko dianggap sangat kecil sehingga pantas untuk diabaikan saja.
Jadi itulah kira-kira yg dimaksud dengan manajemen resiko di proyek -secara sederhana. Ada beberapa hal yg bisa kita ambil pelajarannya dari cerita analogi tersebut:
1. Langkah-langkah manajemen resiko:
a. Kenali dan identifikasi resiko [segala sesuatu yg akan memberikan impak ke proyek kita)
b. Lakukan kalkulasi resiko: kemungkinan dan konsekuensinya
c. Dari hasil kalkulasi, rencanakan antisipasinya: avoidance, mitigation, transfer, accept
d. Monitoring
2. Yg disebut resiko tidak hanya terkait dengan hal-hal yg sifatnya negatif.
Bertemu dengan anjing saat joging jelas resiko; ketemu cowo / cewe cakep juga resiko – tepatnya opportunity.
Salah satu kritik terhadap metode PRM klasik adalah terlalu fokusnya analisis kepada ha-hal yg bersifat negatif sehingga kesempatan (opportunity, positive risk sering terbuang percuma karena tidak dikelola).
3. Manajemen resiko tidak akan bisa mengeliminasi 100% resiko. Ada beberapa resiko yg sengaja diterima (accept), ada yg dimitigasi sehingga menyisakan residu resiko dan ada pula resiko yg tidak bisa diidentifikasi di awal (unknown-unknown).
Karenanya, contingency plan dan project flexibility harus tetap ada.
March 23, 08 at 10:26 am
teringat kembali akan kasus lapindo …
syuut…
March 25, 08 at 2:46 am
makasih infonya……..
April 23, 08 at 9:47 am
thanks pelajaranya.
dengan analogi, teori yang kering tersebut jadi lebih mudah dipahami dan diingat.
May 6, 08 at 10:47 am
istimewa..cara yg brilian!!
July 15, 08 at 3:21 pm
P’Bud, tolong ada contoh kasus dalam bidang konstruksi enggak?
Makasih P’Bud,.
November 13, 08 at 6:03 pm
lucu juga tuh, contohnya … :p
February 22, 09 at 12:29 am
analoginya lucu, mudah diingat….
February 27, 09 at 8:20 am
Pak,
yang bapak tulis ini dengan contoh yang pas untuk mjm risk, tapi yg terkait dg PRM kok belum kelihatan?
salam
March 5, 09 at 9:05 pm
#Pak Tontowi,
iya pak, lain kali bisa dibahas yg lebih spesifik ttg PRM
sebenarnya dari anaoi itu juga sudah lumayan mencakup.
tinggal replace ‘jogging’ dengan ‘project’
š terima kasih
March 2, 09 at 5:39 pm
wah pak, makasih bgt niy ilmunya,..
saya tar malam ujian matakuliah Management IT Project, mungkin saya akan datang terus ke situs ini, makasih pak atas bantuannya
salam,
lucy
May 15, 09 at 11:53 am
thanks ya analoginya…
walau memamakai analaogi jogging udah bisa memilah untuk jenis2 risk management project,karena saya juga lg cari tools and technic untuk risk manajemen,karena dah belajar PMBOK,gak ngerti juga…
matur nuwun kang mas…
August 28, 09 at 10:39 pm
analog2 yg briliant, m boed!
just wondering, kdg klo resiko2 itu dihadapkan pd constraint tambahan yg unavoidable ~ hubungan antar keluarga/pertemanan.. pun kita tau mungkin itu high risk, mau g mau kd pilih yg d donk ya (Pasrah aja deh ā lanjuut ->> risk acceptance) š
August 30, 09 at 10:33 am
Halo Patz,
Kalo di proyek sih, risk acceptance dipake buat resiko2 yg negligible.
Resiko yg super high risk didekati dengan risk avoidance.
Kalo resikonya besar dan un-avoidable, brarti dimitigasi aja š
Oiya, BTW, setelah salah satu dari avoidance/mitigation/transferrence/acceptance dilakukan, kita masih perlu mendevelop contingency plan alias plan B.
September 10, 09 at 4:25 am
Wadoch kyuenz bneulL ilustrasiny..!Kbnrn paz bgtz ma profsi aquwh sbg advce insurance…!Lmyn bwadh nambah bkalL materi prsntasi aquwh nuey…!
December 24, 09 at 11:13 pm
oh,,,mudah2 pelajaran tentang manajemen resiko bisa lebih paham…meski dengan sebuah analogi..itung2 tidak terfokus dgn teks book.